Curhat dimedia sosial atau mendatangi konselor anda termasuk yang mana?
Di zaman yang serba maju seperti saat ini, orang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget ketimbang berinteraksi tatap muka dengan orang lain. Ini pula mengapa muncul fenomena curhat di media sosial belakangan ini.
Semua orang pasti pernah merasakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam hidupnya. Semua orang juga pasti mempunyai masalah dan problem kehidupan. Di saat tertentu orang hidup mengalami perasaan bahagia dan senang, di saat yang lain boleh jadi mengalami perasaan sedih dan pilu[1]. Manusia sebagai makhluk sosial sejatinya selalu ingin melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan sesamanya, dan disaatsedang stress atau banyak masalah, yang akan dilakukan manusia adalah curhat ke orang lain. Curhat alias mencurahkan apa yang mengganjal di hati kita, dipercaya mampu mengurangi beban yang kita rasakan. Curhat bisa dilakukan dengan ibu, saudara, pasangan atau orang terdekat lainnya. Saat ini curhat juga bisa dilakukan melalui sarana media sosial, salah satu media yang lazim digunakan untuk curhat adalah jejaring sosial seperti facebook, twitter, path, My space, dll.
Jejaring sosial online saat ini diposisikan sebagai ruang publik baru, itu disebabkan karena jejaring sosial dianggap mampu memuaskan hasrat setiap manusia untuk menyalurkan dan mengimplementasikan ide, ego, dan superegonya melalui media maya yang sederhana tapi berkualitas, selain itu maraknya media sosial menjadi tempat curhat karena makin terbatasnya waktu dan ruang orang untuk bersosialisasi karena kesibukan masing-masing. Lewat Jejaring sosial seperti FB dan twitter lah orang akan mendapatkan tanggapan langsung dari orang lain atas permasalahan yang tengah mereka hadapi. Namun adakalanya curhat ini menjadi bumerang bagi kita sendiri, terutama bila respon yang diberikan orang lain bernada negatif.
Fenomena curhat di media sosial ini terjadi mungkin pada saat seseorang mendapatkan masalah dan ingin curhat dengan orang lain tetapi tidak mendapatkan respon dari orang-orang disekitarnya. Ketika dia menuliskan uneg–unegnya kepada dunia maya, langsung mendapatkan respon bahkan dari orang yang tidak dikenal sekalipun, sehingga dia merasa diperhatikan. Padahal itu justru membahayakan keselamatannya, karena dengan menuliskan isi hatinya pada jejaring sosial akan memberi peluang kepada orang asing untuk memasuki kehidupannya, apalagi jika orang tersebut memiliki niat jelek kepada dirinya. Oleh karena itu ada baiknya kita harus berhati-hati apabila ingin curhat di media sosial. Saat ini banyak kasus yang terjadi akibat penggunaan jejaring sosial; ada kasus penculikan, penipuan, pemerkosaan, pertikaian karena pencemaran nama baik, dan yang paling menakutkan adalah terdapat sindikat perdagangan manusia yang siap mencari mangsanya. Itu semua terjadi karena ketidakmampuan manusia dalam menjadikan media sosial sebagai sosial network yang sesungguhnya, yaitu menghubungkan kenalan, mencari orang-orang (kenalan) yang jauh, mencari teman, dll.
tujuan seseorang curhat memang untuk mendapatkan saran atau sekadar tanggapan. Dengan mengunggah curhatan ke media sosial, berbagai saran dan tanggapan pun akan datang dengan cepat. Sayangnya, cara ini adakalanya malah menjadi bumerang bagi diri sendiri. Terlebih, saat tanggapan yang diterima bernada miring. Nah, untuk Anda yang sering galau namun ingin menghindari diri dari jeratan curhat di media sosial, coba deh lakukan hal-hal berikut!
Curhat Langsung dengan Orang Terdekat Perlu diketahui, bahwa teman di dunia maya itu sangat berbeda dengan teman di dunia nyata. Saat seseorang melampiaskan emosi di media sosial, maka akan ada segelintir teman yang akan memberi komentar. Sayangnya, komentar yang nantinya Anda terima mungkin saja akan tidak sesuai dan malah akan menyakiti hati. Hal tersebut sebenarnya sangatlah lumrah, mengingat sang pemberi komentar bukanlah orang yang mengenal dekat diri Anda secara personal. Oleh karena itu, cobalah untuk lebih selektif dalam memilih teman curhat. Ceritakanlah keluh kesah Anda secara langsung dengan orang terdekat, seperti keluarga atau sahabat. Lagi pula, menurut para psikolog, cara ini terbukti lebih efektif menurunkan risiko stres sekaligus membuat hati jauh lebih plong ketimbang Anda curhat di media sosial.
Jauhkan Handphone Saat Sedang EmosiSaat sedang emosi, umumnya pikiran dan tindakan jadi tidak terkendali. Seseorang dapat melakukan apa saja saat emosi, termasuk mengunggah status makian atau curahan rasa sedih di media sosial. Meski hal ini dapat sedikit melegakan hati, namun tetap saja efek yang dihasilkan kurang baik. Selain membuat banyak orang akan tahu masalah hidup yang dialami, mengunggah status makian juga dapat memicu keributan yang akhirnya malah akan menambah kadar stres. Oleh karena itu, jauhkanlah diri Anda dari handphone saat sedang mengalami emosi untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Jangan Gegabah, Pikir Dua Kali Sebelum Curhat!Sebelum memutuskan curhat di media sosial, cobalah untuk memikirkan dampak baik dan buruknya kelak. Entah bagi diri sendiri maupun orang lain. Lagi pula, baik curhat secara langsung maupun lewat media sosial, Anda tetap harus berhati-hati. Jangan sampai curahan hati anda malah akan tersebar ke mana-mana hingga akhirnya membuat diri Anda semakin stres dan berujung depresi.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa teknologi dan perangkat media yang ada saat ini benar-benar telah merasuki segala aspek kehidupan seseorang. Terlepas dari tujuan dan manfaat apa yang didapat dari perangkat tersebut, teknologi telah memberikan akses kepada seseorang untuk menjadi bagian dari masyarakat jejaring (network society) tanpa batasan-batasan demografis, budaya dan sosial ( Rulli, 2015)
Pada intinya dengan perkembangan zaman dalam berbagai aspek saat ini, Walaupun begitu banyak manfaat yang disuguhkan oleh media sosial bijaklah bersosial media, cermatlah dalam pemilihan kata-kata karena sekarang apa yang kita tulis telah dapat dilihat oleh banyak orang yang disebut dengan netizen, jika dirasa kita kita sedang dalam masalah atau tekanan atau membutuhkan solusi dalam permasalahan kita, alangkah lebih baiknya kita mencari seorang konselor karena kerahasiaan yang pasti terjamin.
Oke, mungkin curhat di media sosial bisa menenangkan kita, tapi kita juga harus tau kalo curhat di medsos secara berlebihan ternyata banyak dampak negatifnya. Mulai dairi mengumbar aib sendiri sampe bikin orang-orang yang ngebaca curhatan kita kesel dan dicap caper alias cari perhatian. Bahkan dikutip daripsychologytoday.com, penelitian nunjukkin kalo walaupun 100% responden ngaku ngerasa lebih tenang setelah berkoar-koar di medsos, perasaan itu ternyata cuma bersifat sementara. Dalam jangka panjang, orang yang suka curhat di medsos malah akan ngerasa lebih marah. Keluhan-keluhan yang dilontarkan secara onlinejuga bisa berujung pada emosi negatif lain seperti rasa malu dan bersalah.
Sebelum menjadikan sosmed sebagai Diary adakalanya kita memikirkan lagi dampak yang akan terjadi dampak dari “curhat” di media sosial?
- Membuka aib diri sendiri dan orang lainNiat untuk berceloteh ringan dan bebas dengan gaya penulisan masing-masing terkadang akhirnya menggiring kita untuk membuka aib diri sendiri. Tidak menutup kemungkinan juga akhirnya kita bisa membuka aib pasangan, keluarga, sahabat, maupun orang lain yang tidak kita kenal sekalipun.
- Memicu perselisihanSudah banyak kasus seperti perceraian, permusuhan, bahkan tindakan kriminal yang dimulai dari media sosial. Ranah virtual yang dapat melahirkan multi persepsi bisa membuat kemungkinan ini semakin besar. Oleh karena itu hendaknya kita lebih bijak lagi untuk berceloteh.
- Tendensi riya dan sombongCurahan hati akhirnya bisa berujung pada keinginan untuk pamer atau riya.Umumnya orang ingin menampilkan yang terbaik jika ingin dilihat oleh orang lain. Tujuannya hanya ingin mendapatkan pujian. Akhirnya sifat sombong perlahan lahir dan mendarah daging. Naudzubillahimindzalik.
- Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekatBercerita hangat yang biasanya dilakukan dengan suami, keluarga, atau sahabat akhirnya beralih pada bercerita lepas di media sosial. Akhirnya mereka yang seharusnya mendapat porsi perhatian utama menjadi terabaikan. Keasyikan curhat di media sosial membuat hubungan menjadi jauh
- Memicu perilaku bergosip atau bergunjingCurhat apalagi mengenai orang lain bisa membuat rasa penasaran bagi yang melihatnya. Jika sudah mulai muncul pertanyaan maka jawaban dinanti oleh sekian banyak orang. Tanpa sadar muncul komentar yang membicarakan keburukan orang lain.
- Mencari perhatian yang tidak tepatMembuat status di media sosial baik sadar atau tidak memiliki tujuan untuk diperhatikan orang lain. Padahal tidak ada gunanya mendapat simpati dari orang lain. Hanya menjadi ajang memupuk rasa self esteem yang bisa berlebihan dan berakibat fatal.
- Membuat silaturahim tidak lagi diperlukanDengan mudahnya kita berceloteh dan “mengenalkan” diri kita ke banyak orang di media sosial, tanpa sadar ini membuat orang lain dapat mengenal kita dengan mudah. Jika sudah begini, perkenalan silaturahim tatap muka secara konvensional seakan tidak diperlukan. Lalu sejauh apa kita boleh curhat dimedia sosial?
Beberapa hal yang harus selalu kita inget ketika curhat di medsos di antaranya:
- Jangan terlalu sering atau terus menerus, karena curhatan kita bakal diliat temen-temen, keluarga, dan orang-orang terdekat lain dan membuat kita terkesan seperti orang yang selalu mengeluh;
- Bijaksana dalam memilih informasi yang bersifat pribadi atau boleh untuk publik, apa lagi ketika melibatkan orang lain. Misalnya aja masalah keluarga, menurut kalian baik nggak buat dipublikasikan di media sosial? Selain itu, sebisa mungkin jangan menyebut identitas orang lain dalam curhatan kita;
- Jangan curhat untuk sekedar merncari perhatian; dan
- Coba fokus pada manfaat atau pelajaran yang bisa diambil agar curhatan kita bermanfaat buat orang lain. Misalnya aja kita kesel karena baru kehilangan dompet di kendaraan umum. Kira-kira apa yang bisa kita share ke temen-temen dari pengalaman tersebut biar hal yang sama nggak terjadi juga pada mereka.
Komentar
Posting Komentar